KERAJAAN-KERAJAAN
KUNA DI MUANGTHAI SEBELUM
KEDATANGAN
BANGSA BARAT
MAKALAH
diajukanguna untuk memenuhi Tugas Mata
Kuliah Sejarah Asia Tenggara I
KELAS : B Reguler KELOMPOK
: 2
NO NIM NAMA
1. 140210302021 NavidatulNadiroh
2. 140210302024 DiyanahDalilah
4. 140210302031 PutroNandra
P
PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
TAHUN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa yang telah melimpahkan
rahmat taufik dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas “Kerajaan-kerajaan Kuno di
Muangthai sebelum Kedatangan Bangsa Barat” yang digunakan sebagai penambah
wawasan agar semakin bertambah luas.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah berperan serta membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami telah berusaha
menyusun makalah ini dengan baik. Oleh karena itu, kritik serta saran sangat
diharapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita.
Jember,
30 September 2015
Penulis
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
1.2
Rumusan
Masalah
1.3
Tujuan
dan Manfaat
1.3.1
Tujuan
1.3.2
Manfaat
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Berdirinya
Negara Muangthai
2.2 Perkembangan Suku-Suku Bangsa di Negara Muangthai
2.2.1
Suku Akha
2.2.2
Suku Ishan
2.2.3
Suku Melayu
2.3
Kerajaan-Kerajaan di Muangthai
2.3.1
kerajaan Sukhothai
2.3.2
Kerajaan Ayutthaya
2.4 Perkembangan Negara Muangthai Menjelang
Kedatangan Bangsa Barat
2.4.1
Faktor-Faktor Siam Tidak Dijajah Bangsa Barat
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Thailand merupakan negara yang terletak di benua Asia, tepatnya
berada di wilayah Asia Tenggara (South East Asia), letak geografis
Thailand berada pada 5°-21° LU dan 97°-106° BT. Negara Thailand merupakan salah satu pusat
budaya dan ekonomi terkemuka di Asia Tenggara. Memiliki luas 510.000 kilometer
atau seukuran dengan negara Perancis. Di sebelah barat dan utara, Thailand
berbatasan dengan Myanmar, di timur laut dengan Laos, di timur dengan Kamboja,
sedangkan di selatan dengan Malaysia (Peta).
Penduduk Thailand memiliki garis keturunan yang sama dengan negara
kita yaitu berasal dari ras mongoloid dengan mayoritas etnis Thai dan
Lao. Keadaan iklim dan latar belakang budaya di Thailand pun hampir sama
dengan negara kita, yaitu beriklim tropis dan juga mempunyai sejarah budaya
yang kental. Thailand merupakan negara yang sedang berkembang dengan pesat,
contohnya seperti dalam bidang perekonomian, perindustrian, pertanian dan lain
sebagainya.
Thailand merupakan sebuah negara kerajaan didaratan asia tenggara.
Nama lain untuk negeri yang sering dijuluki sebagai lumbung padi Asia Tenggara
adalah Siam dan Muangthai. Negeri ini telah lama memiliki hubungan kebudayaan
dengan berbagai kerajaan di Indonesia, terutama Pulau Jawa. Thailand juga
dikenal sebagai Sukothai. Pada awalnya dikenal sebagai wilayah Buddhis agama
dan wilayah itu dibagi menjadi beberapa kerajaan seperti Lanna, Lan Chang, dan
Sukhothai. Tidak ada keraguan bahwa Thailand modern yang muncul dari asal
geografis-politik yang kompleks dengan Bangkok sebagai modal dan Raja Rama,
besar, pertama diciptakan Chakri dinasti. Selama periode ini sejarah Thailand
mendapat nama Modernitas awal atau Pencerahan oleh beberapa sejarawan.
Yang menarik pada Thailand adalah sejarahnya. Negeri itu merupakan
satu – satunya wilayah Asia Tenggara yang tidak pernah berada di bawah jajahan
Asing (Barat). Burma misalnya, pernah dijajah Inggris, begitu pula semenanjung
Tanah Melayu. Sementara 3 negara Indo-china yaitu Vietnam, Laos dan Kamboja
pernah pula dijajah Perancis. Karena kenyataan sejarahnyayang istimewa itu,
Bangsa Thai kemudian menamakan tanah air mereka dengan Muangthai atau Thailand
yang berarti “Negara Merdeka”.
1.2 Rumusan Masalah.
Dari latar belakang diatas kami dapat mengemukakan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
- Latar belakang berdirinya Negara Muangthai?
- Bagaimanakah perkembangan suku-suku bangsa di Negara Muangthai ?
- Kerajaan-kerajaan apa sajakah yang pernah berkuasa di Muangthai?
- Bagaimanakah perkembangan Negara Muangthai menjelang kedatangan Bangsa Barat ?
1.3 Tujuan dan Manfaat.
1.3.1 Tujuan.
1. Dapat mengetahui bagaimanakah latar belakang berdirinya negara Muangthai.
2. Dapat mengetahui perkembangan suku-suku bangsa di Negara Muangthai.
3. Dapat mengetahui kerajaan-kerajaan yang pernah berkuasa di Muangthai.
4. Dapat mengetahui bagaimakah perkembangan Negara Muangthai menjelang kedatangan Bangsa Barat.
1.3.2 Manfaat.
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memberi pengetahuan baru bagi kami pribadi sebagai penulis makalah ini tentang sejarah berdirinya Negara Thiland, persebaran suku – suku di Thailand, kerajaan – kerajaan yang pernah berkuasa di Thailand dan perkembangan Negara Muangthai menjelang kedatangan Bangsa Barat.
2.
Memberi pengetahuan baru bagi para pembaca tentang sejarah
berdirinya Negara Thiland, persebaran suku – suku di Thailand, kerajaan –
kerajaan yang pernah berkuasa di Thailand dan perkembangan Negara Muangthai
menjelang kedatangan Bangsa Barat.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Berdirinya Negara Muangthai.
Beberapa sebutan Negara
Thailand, Negara Thailand dikenal sebagai Siam, sampai saat ini nama Siam masih
digunakan di kalangan orang Thai, terutama kaum minoritas Tionghoa. Thailand
juga sering disebut Negeri Gajah Putih, karena gajah putih merupakan binatang
yang dianggap keramat oleh penduduk. Ada juga nama lain dari Thailand adalah
Muang Thai, yang berarti Negara bebas atau Negara yang tidak pernah dijajah
oleh bangsa lain.
Di awal tahun 1200, bangsa Thai mendirikan kerajaan kecil di Lanna,
Phayao dan Sukhotai. Pada tahun 1238 , berdirilah kerajaan Thai yang merdeka penuh di Sukhothai, negara
pertama yang dianggap sebagai cikal bakal Thailand adalah Sukhothai, sebuah
negara Buddha yang berdiri pada 1238 M. Kerajaan Sukhothai adalah salah
satu kerajaan tertua di Thailand yang berpusat di sekitar kota Sukhothai, berdiri sejak tahun 1238 sampai 1438. Pada puncak
kejayaannya di bawah raja ketiga Ramkhamhaeng, Sukhothai
diperkirakan terbentang dari wilayah yang sekarang termasuk Myanmar, sampai ke dalam
wilayah Laos modern, serta ke arah
selatan di Semenanjung Malaya.
Setelah kematian
Ramkhamhaeng, satu abad kemudian,
kekuasaan Sukhothai meredup dan muncul Kerajaan Ayutthaya sebagai negara
terkuat di kawasan itu. Sukhothai melemah dan berbagai kerajaan bawahannya
mulai melepaskan diri. Pada tahun 1438, status Sukhothai berubah hanya menjadi
sekedar provinsi dari Ayutthaya. Kerajaan Ayutthaya didirikan pada tahun 1350
Raja Ramathibodi I (Uthong), yang mendirikan Ayyuthaya sebagai ibu kota
kerajaannya dan mengalahkan dinasti Kerajaan
Sukhothai pada tahun 1376. Dalam
perkembangannya, Ayyuthaya sangat aktif melakukan perdagangan dengan berbagai
negara asing seperti Tiongkok, India, Jepang, Persia dan beberapa negara
Eropa.
Setelah melalui pertumpahan
darah perebutan kekuasaan antar dinasti, Ayutthaya memasuki abad keemasannya
pada perempat kedua abad ke-18. Pada masa yang relatif damai tersebut,
kesenian, kesusastraan dan pembelajaran berkembang. Perang yang terjadi kemudian
ialah melawan bangsa luar. Ayyuthaya mulai berperang melawan dinasti Nguyen (penguasa Vietnam Selatan) pada tahun 1715 untuk
memperebutkan kekuasaan atas Kamboja.
Meskipun demikian
ancaman terbesar datang dari Burma dengan pemimpin Raja Alaungpaya yang baru berkuasa
setelah menaklukkan wilayah-wilayah Suku Shan. Pada tahun 1765 wilayah
Thai diserang oleh dua buah pasukan besar Burma, yang kemudian bersatu di
Ayutthaya. Ayutthaya akhirnya menyerah dan dibumihanguskan pada tahun 1767
setelah pengepungan yang berlarut-larut.
namun tak lama kemudian Raja Taksin berhasil mengusir Burma dan mendirikan
ibukotanya di Thon Buri. Di tahun 1782 Raja pertama dari Dinasti Chakri yang
berkuasa sampai hari ini mendirikan ibukota baru di Bangkok.
Para penerus Rama I harus
menghadapi ancaman kolonialisme Eropa setelah kemenangan Britania di Burma tahun 1826. Pada
tahun yang sama Siam menandatangani perjanjian dengan Britania Raya, dan tahun
1833 Siam menjalin hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat. Perjanjian Anglo-Siam
1909 menentukan batas-batas Siam
dengan Malaya, sedangkan serangkaian
perjanjian dengan Perancis mematok batas timur dengan Laos dan Kamboja. Kudeta tahun 1932
mengakhiri monarki absolut di Thailand, dan mengawali
munculnya kerajaan Thailand modern.
Kudeta tahun 1932 mengubah
Siam menjadi Thailand modern yang berupa monarki konstitusional. Perubahan nama
dari Siam menjadi Thailand sendiri baru diumumkan Perdana Menteri Plaek Pibulsonggram (Phibun) pada tahun 1939.
2.2 Perkembangan Suku-Suku Bangsa di Negara Muangthai
Kebudayaan Masa Perunggu diduga dimulai
sejak 5600 tahun yang lalu di Thailand (Siam). Kemudian, datang berbagai
imigran antara lain suku bangsa Mon, Khmer dan Thai. Salah satu kerajaan besar
yang berpusat di Palembang, Sriwijaya, pernah berkuasa sampai ke negeri ini,
dan banyak peninggalannya yang masih ada di Thailand. Bahkan, seni kerajinan di
Palembang dengan Thailand banyak yang mirip.
2.2.1 Suku Akha
Suku Akha adalah
masyarakat adat suku bukit yang hidup di desa-desa kecil di dataran tinggi di
pegunungan Thailand. Mereka terdapat juga di Burma, Laos, dan provinsi Yunnan
di Cina. Diperkirakan mereka berasal dari Cina bermigrasi ke Asia Tenggara pada
tahun 1900-an. Perang sipil di Burma dan Laos mengakibatkan peningkatan imigran
Akha di provinsi utara Thailand Chiang Rai dan Chiang Mai, di mana mereka
merupakan salah satu yang terbesar dari suku bukit.
Bahasa Akha adalah
sebuah cabang bahasa Lolo / Yi, dari keluarga rumpun bahasa Tibeto-Burman.
Bahasa Akha berkaitan erat dengan bahasa Lisu dan Lahu. Diduga bahwa suku Akha
dulu berkaitan erat dengan suku pemburu Lolo, suku yang pernah menguasai
dataran Paoshan dan Teinchung sebelum invasi Dinasti Ming (AD 1644) di Yunnan,
Cina.
Para peneliti setuju
bahwa Akha berasal dari daratan China, dan menolak tentang apakah tanah air
asli adalah perbatasan Tibet, sebagai yang diklaim oleh orang Akha, atau lebih
jauh ke selatan dan timur di Propinsi Yunnan, kediaman utara kini Akha.
Keberadaan hubungan historis di dokumentasikan dengan pangeran Shan Kengtung,
yang menunjukkan bahwa Akha berada di Burma Timur pada awal tahun 1860-an.
Memasuki Thailand dari Burma pada pergantian abad ini, mereka menghindar dari
perang sipil selama beberapa dekade di Burma.
Orang Akha tinggal di
desa-desa di Pegunungan Thailand Utara, barat daya Cina, Burma timur, Laos
barat dan barat laut Vietnam. Di semua negara ini mereka adalah etnis
minoritas. Populasi saat ini Akha kira-kira 400.000 jiwa. Penurunan ukuran desa
di Thailand sejak tahun 1930 telah dicatat dan dihubungkan dengan situasi
ekologi dan ekonomi yang memburuk di pegunungan.
Agama asli orang Akha
(zahv), sering digambarkan sebagai campuran ibadah animisme dan leluhur, yang
menekankan hubungan mereka dengan tanah dan tempat mereka di dunia alam dan
siklus. Suku Akha menekankan ritual dalam kehidupan sehari-hari dan menekankan
ikatan keluarga yang kuat.
2.2.2 Suku Ishan
Ishan adalah suku-suku
yang terbesar di Provinsi Mukdahan (มุกดาหาร), Ishan sudah ada sejak beberapa puluh ribu tahun
yang lalu dari Zaman Krung-Brom-Ptom-Wong (กรุงบรมปฐมวงศ์)
sejak Kerajaan Nanchao (น่านเจ้า), Kerajaan Xang. Raya (ล้านช้าง)
sampai periode Ayutthaya. Pada akhirnya Suku Ishan bermigrasi menyusuri Sungai
Mekong (แม่โขง) dari tahun 1694 priode Narai Agong (สมัยสมเด็จพระนารายณ์มหาราช). Ketika itu Provost Phon Samed Xang membawa
murid-muridnya dari Kerajaan Xang Raya menyusuri Sungai Mekong untuk menyebar
di Sungai Moon (แม่น้ำมูล) dan Sungai Lam-Nam-Shi (แม่น้ำชี)dan
Sungai lainnya, untuk mengatur kofunya sendiri sejak 1776 pada priode Thonburi
(กรุงธนบุรี).
·
Kebudayaan dan Pakaian
Thai Laos atau suku Ishan menggunakan
Kartoon sebagai pakaian popular pada awalnya. Dan daerah ini sangat baik untuk budaya
kapas karena tekstur tanahnya cocok. Kabupaten Nakhon terkenal dengan kain tenun
berwarna alaminya terutama pewarna alami dari kulit kayu dan dedauan.
Suku Thai Laos/Ishan mempunyai pola
yang berbeda dari suku-suku lainnya. Baju mereka dihiasi dengan tenunan, satin
lipit, mareka juga memakai kalung mutiara.Baju mareka dimasukan dalam rok dan ikat
pinggangnya dari perak. Pakain mareka terbuat dari kain kwamga yang indah dan berwarna
merah, kuning, hijau dan bergelombang.
2.2.3 Suku Melayu.
Thailand
mempunyai jumlah suku Melayu ketiga terbesar setelah Malaysia dan Indonesia,
dengan populasi lebih dari 3,3 juta jiwa (Perkiraan 2010). Kebanyakan dari
mereka berdomisili di kawasan Selatan
Thailand serta di kawasan sekitar Bangkok
(terkait dengan perpindahan Suku Melayu dari selatan Thailand serta utara
semenanjung Malaya ke Bangkok sejak abad ke-13).
Kehadiran
Suku Melayu di kawasan selatan Thailand telah ada sebelum perpindahan Suku
Thai ke Semenanjung Malaya melalui
penaklukan Kerajaan Sukhothai, yang
diikuti oleh Kerajaan Ayutthaya, pada
awal abad ke-16. Hal ini dapat dilihat pada nama-nama daerah di kawasan selatan
Thailand yang berasal dari Bahasa Melayu atau nama lain dalam logat Melayu,
misalnya "Phuket/ภูเก็ต" dalam bahasa Melayu "Bukit/بوكيت", "Trang"
("Terang/تراڠ"), Narathiwat/นราธิวาส ("Menara"), "Pattani/ปัตตานี" ("Patani/ ڤتني"), "Krabi/กระบี่" ("Gerabi"), "Songkla/สงขลา" ("Singgora/سيڠڬورا"), "Surat
Thani/สุราษฎร์ธานี" ("Lingga"),
"Satun/สตูล" ("Mukim Setul/مقيم
ستول"),
""Nakhon Si Thammarat/นครศรีธรรมราช" ("Ligor"),
"Chaiya/ไชยา" (Cahaya),
, "Yala/ยะลา" ("Jala/جال") dan sebagainya.
Kawasan
selatan Thailand juga pernah melihat kebangkitan dan kejatuhan kerajaan Melayu
antaranya Negara Sri Dhamaraja (100an–1500an), Langkasuka
(200an − 1400an), Kesultanan Pattani
(1516–1771), Kesultanan Reman (1785–1909) serta Kesultanan Singgora
(1603–1689).
Kebanyakan
suku Melayu Siam fasih berbicara bahasa
Thai serta bahasa Melayu setempat saja. Contohnya,
suku Melayu di kawasan pesisir tenggara Thailand yakni Pattani, Songkhla, serta
Hat Yai, lebih
cenderung menggunakan logat Melayu Pattani, sedangkan suku Melayu di pesisir
barat seperti Satun, Phuket, dan Ranong, menuturkan logat Melayu
Kedah. Suku Melayu di Bangkok juga mempunyai logat
Melayu Bangkok sendiri.
·
Kebudayaan
Melayu dan perubahan identitas Melayu di Thailand Selatan
Mayoritas
maryarakat Melayu di selatan Thailand mempunyai dua kawasan, pertama kawasan
bekas Nageri Melayu Pattani lama yang sekarang menjadi provinsi, Pattani, Yala,
Narathiwat dan beberapa daerah di provinsi
senggora. Kedua kawasan bekas jajah Nageri Kedah uang sekarang menjadi
provinsi Satul, Sadao, Songkla. Masyarakat melayu memang menjadi mayoritas di
kedua kawasan tersebut, namun mareka tetap merupa penduduk minoritas di
Thailand.
Masyakat
Melayu di selatan Thailand menuturkan dua jenis dialek bahasa Melayu, yaitu
dialek Kedah – Perlis dan Pattani. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Melayu Pattani menganut budaya Melayu, yang paling banyak diminat adalah sastra
Melayu, yaitu puisi, syair dan sebagainya serta memiliki peran penting dalam
mempersatukan puak-puak Melayu serupun baik sesama Melayu, Indonesia, Malasia,
Brunai Darusalam dan Singapura.
Sejak
Nageri Melayu Pattani dibawah pengaruh pemerintah Thailand maka terjadi
Siamisasi atau Asimilasi budaya terhadap masyakat Melayu. Siamisasi bertujuan
untuk memupus perbedaan buadaya antara kedua pihak, Siamisasi berbagai bidang
antara lain politik, sosial budaya, media massa dan pendidik.
2.3 Kerajaan-Kerajaan di Muangthai
2.3.1 Kerajaan Sukhothai
(Bahasa Thailand: อาณาจักรสุโขทัย) adalah salah satu kerajaan tertua di Thailand yang berpusat di sekitar kota Sukhothai, berdiri sejak tahun 1238 sampai 1438. Bekas ibukota Kerajaan Sukhothai lama berada sekitar 12 km dari kota Sukhothai modern, yaitu di Tambon Muang Kao. Saat ini yang tertinggal di kota lama hanyalah puing-puing kota dan Taman Bersejarah Sukhothai.
Kota
Sukhothai sebelumnya merupakan bagian dari Kerajaan Khmer sampai
dengan tahun 1238, yaitu pada saat dua pemimpin bangsa Thai, Pho
Khun Pha Muang dan Pho Khun Bang Klang Hao, menyatakan kedaulatannya dan
mendirikan kerajaan untuk bangsa Thai. Pho Khun Bang Klang Hao kemudian menjadi
raja pertama Sukhothai, dan menamakan dirinya Pho Khun Si Indrathit (atau
Intradit). Kejadian ini secara tradisi dianggap merupakan awal berdirinya
negara Thai modern, meskipun terdapat beberapa kerajaan Thai yang tidak begitu
terkenal, seperti Lanna, Phayao dan Chiang Saen, yang juga didirikan sekitar
waktu yang sama.
Sukhothai berkembang dengan cara membentuk
aliansi dengan kerajaan-kerajaan Thai lainnya, dimana kerajaan-kerajaan
tersebut memeluk agama Buddha Theravada sebagai
agama negara dengan bantuan dari para biksu dari Sri Lanka.
Pemerintahan Intradit dilanjutkan oleh anaknya Pho Khun Ban Muang, yang pada
tahun 1278 diikuti oleh saudaranya Pho Khun Ramkhamhaeng. Di
bawah pemerintahannya, yang juga disebut dengan nama Raja Ramkhamhaeng Agung,
Sukhothai menikmati masa keemasan sebagai
puncak kemakmurannya. Ramkhamhaeng dianggap sebagai pencipta alfabet Thai
(secara tradisional diperkirakan tahun 1283, dengan bukti kontroversial berupa
batu Ramkhamhaeng, yaitu suatu batu berinskirpsi yang dianggap merupakan bukti
tulisan Thai tertua).
Pada puncaknya kejayaan, Sukhothai diperkirakan
terbentang meliputi Martaban (sekarang di Myanmar) sampai
Luang Prabang (sekarang Laos), serta
ke arah selatan di Semenanjung Malaysia sampai sejauh Nakhon Si Thammarat
(Tambralinga). Dengan demikian pengaruhnya lebih luas daripada Thailand modern,
meskipun tingkat kekuasaan yang diterapkan terhadap wilayah-wilayah tersebut
berbeda-beda.
Setelah kematian Ramkhamhaeng, Sukhothai
melemah dan berbagai kerajaan bawahannya mulai melepaskan diri. Sementara itu Kerajaan
Ayutthaya yang merupakan saingannya semakin meningkat
kekuasaannya. Pada akhirnya Raja Thammaracha II dari Sukhothai tahun 1378
terpaksa menyerahkan kekuasaannya, dan Sukhothai menjadi negara bawahan
Ayutthaya. Sekitar tahun 1430, Raja Thammaracha IV memindahkan ibukota
Sukhothai ke Phitsanulok, dan
setelah kematiannya tahun 1438, status Sukhothai berubah hanya menjadi sekedar
provinsi dari Ayutthaya.
- Raja Pho Khun Sri Indraditya (1249- 1257),
- Raja Pho Khun Ban Muang (1257 - 1277),
- Raja Pho Khun Ramkhamhaeng (Ramkhamhaeng Agung) (1277 - 1298/1317) (disebut dengan nama Rammaraj pada catatan Kerajaan Ayutthaya),
- Raja Pu Phraya Si Songklam: setelah meninggalnya Ramkhamheang, ia memerintah sementara atas nama Loethai yang sedang berada di China. Ia tidak bergelar Pho Khun (tidak dianggap raja),
- Raja Pho Khun Loethai (1298 - 1347),
- Raja Pho Khun Nguanamthom (1347),
- Raja Phya Lithai, atau Thammaracha I (1347 - 1368/1374),
- Raja Thammaracha II, atau Phya Leuthai (1368/1374 - 1399),
- Raja Thammaracha III, atau Phya Saileuthai (1399 - 1419), dan
- Raja Thammaracha IV (1419 - 1438).
2.3.2 Kerajaan Ayutthaya.
Abad ke-14 menjadi saksi pergeseran
kekuatan yang signifikan di negeri Thai dengan munculnya kerajaan-kerajaan baru
yaitu Ayutthaya (Ayudha) di lembah Sungai Chao Phraya sebelah selatan Sukhothai
dan Lan Sang yang sekarang dikenal sebagai Laos. Keduanya adalah proses konsolidasi
yang menyatukan Muang yang telah lama ada. Lan Sang berkembang lebih dari 3
abad hingga terpecah belah sekitar 1700, sementara Ayutthaya akan berkembang
menjadi kerajaan yang besar, kuat dan makmur yang dikenal sebagai Siam.
(Bahasa Thai: อาณาจักรอยุธยา)
merupakan kerajaan Bangsa Thai
yang berdiri pada kurun waktu 1351 sampai 1767 M. Nama kerajaan yang dipimpin oleh Sri Rama, tokoh dalam Ramayana.
Pada tahun 1350 Raja Ramathibodi I (Uthong) mendirikan Ayyuthaya sebagai ibu
kota kerajaannya dan mengalahkan dinasti Kerajaan
Sukhothai, yaitu 640 km
ke arah utara, pada tahun 1376.
Kerajaan Ayutthaya berkuasa selama lebih
dari empat abad. Sejarahnya dapat dibagi menjadi beberapa fase atau subperiode.
Periode dalam rentang waktu pendiriannya hingga abad ke-15 adalah konsolidasi
dan ekspansi. Titik kulminasinya terletak pada pemerintahan Raja Trailok
(bertahta 1448-1488), yang dianggap sukses menjalankan struktur pemerintahan
dan masyarakat jangka panjang melalui kodifikasi sistem sakdina, sebuah
hierarki peringkat baku terperinci yang secara teoritis mencakup setiap individu
dalam kerajaan.
Periode ke dua yang berlangsung hingga
pertengahan abad ke-16 ditandai dengan majunya perdagangan termasuk perdagangan
yang mengusung kepentingan komersial barat setelah 1500 serta peperangan yang
sering terjadi dengan negeri-negeri tetangga Ayutthaya. Fase ke tiga dimulai
dari pendirian kembali kerajaan dibawah dinasti baru melewati masa perdagangan
asing besar-besaran yang berpuncak pada pemerintahan Raja Narai (bertahta
1656-1688). Ketika Narai wafat, keluarganya dikudeta dan akhirnya muncul
keluarga Kerajaan Ayutthaya yang mempertahankan tahta hingga serangan kedua
Burma pada 1767. Serangan yang mengakhiri sejarah Thai pada fase ini.
Dalam
perkembangannya, Ayyuthaya sangat aktif melakukan perdagangan dengan berbagai
negara asing seperti Tiongkok, India, Jepang, Persia dan
beberapa negara Eropa. Penguasa Ayyuthaya bahkan mengizinkan pedagang Portugis, Spanyol, Belanda, dan Perancis untuk
mendirikan pemukiman di luar tembok kota Ayyuthaya. Raja Narai (1656-1688)
bahkan memiliki hubungan yang sangat baik dengan RajaLouis
XIV dari Perancis dan tercatat pernah mengirimkan
dutanya ke Perancis.
Setelah
melalui pertumpahan darah perebutan kekuasaan antar dinasti, Ayutthaya memasuki
abad keemasannya pada perempat kedua abad ke-18. Di masa yang relatif damai
tersebut, kesenian, kesusastraan dan pembelajaran berkembang. Perang yang
terjadi kemudian ialah melawan bangsa luar. Ayyuthaya mulai berperang melawan dinasti Nguyen
(penguasa Vietnam
Selatan) pada tahun 1715 untuk memperebutkan kekuasaan
atas Kamboja.
Meskipun
demikian ancaman terbesar datang dari Birma dengan
pemimpin Raja Alaungpaya yang
baru berkuasa setelah menaklukkan wilayah-wilayah Suku
Shan. Pada tahun 1765 wilayah Thai diserang oleh
dua buah pasukan besar Birma, yang kemudian bersatu di Ayutthaya. Menghadapi
kedua pasukan besar tersebut, satu-satunya perlawanan yang cukup berarti
dilakukan oleh sebuah desa bernama Bang Rajan. Ayutthaya
akhirnya menyerah dan dibumihanguskan pada tahun 1767 setelah pengepungan yang
berlarut-larut. Berbagai kekayaan seni, perpustakaan-perpustakaan berisi
kesusastraan, dan tempat-tempat penyimpanan dokumen sejarah Ayutthaya nyaris
musnah; dan kota tersebut ditinggalkan dalam keadaan hancur.
Dalam
keadaan negara yang tidak menentu, provinsi-provinsi melepaskan diri dan
menjadi negara-negara independen di bawah pimpinan penguasa militer, biksu
pemberontak, atau sisa-sisa keluarga kerajaan. Bangsa Thai dapat terselamatkan
dari penaklukan Birma karena terjadinya serangan Tiongkok
terhadap Birma serta adanya perlawanan dari seorang pemimpin militer bangsa
Thai bernama Phraya Taksin, yang akhirnya mengembalikan kesatuan negara.
Daftar
Raja-Raja Ayutthaya.
·
Rama Thibodi I (berkuasa 1351-1369),
·
Naresuan (berkuasa 1590-1605),
·
Narai (berkuasa 1656-1688), dan
·
Boromaracha V (berkuasa 1758-1767).
2.4 Kerajaan Siam
Setelah
serbuan Burma yang membumihanguskan ibukota Ayutthaya, Jenderal Taksin
mendirikan kerajaan baru pada tahun 1769 yang beribukota di Thonburi (sekarang termasuk
dalam Bangkok) dan menyatukan
kembali bekas kerajaan Ayutthaya. Taksin kemudian dianggap gila dan dieksekusi
tahun 1782],
dan digantikan oleh Jenderal Chakri, yang menjadi raja pertama dinasti Chakri
dengan nama Rama II. Tahun yang sama dia mendirikan ibukota baru di Bangkok, di seberang sungai
Chao Phraya dari ibukota lama yang didirikan Jenderal Taksin.
Pada tahun 1790-an Burma berhasil diusir dari Siam.
Para penerus Rama I harus
menghadapi ancaman kolonialisme Eropa setelah kemenangan Britania di Burma tahun
1826. Pada tahun yang sama Siam menandatangani perjanjian dengan Britania Raya,
dan tahun 1833 Siam menjalin hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat. Perjanjian Anglo-Siam 1909
menentukan batas-batas Siam dengan Malaya, sedangkan serangkaian
perjanjian dengan Perancis
mematok batas timur dengan Laos dan Kamboja.[6]
Kudeta tahun 1932 mengakhiri monarki absolut di Thailand, dan
mengawali munculnya kerajaan Thailand modern.
BAB 3. KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan.
Thailand merupakan negara yang terletak di benua Asia, tepatnya
berada di wilayah Asia Tenggara (South East Asia), letak geografis
Thailand berada pada 5°-21° LU dan 97°-106° BT. Negara Thailand merupakan salah satu pusat
budaya dan ekonomi terkemuka di Asia Tenggara. Sebelum tahun 1939, negara Thailand dikenal sebagai Siam, sampai saat ini
nama Siam masih digunakan di kalangan orang Thai, terutama kaum minoritas
Tionghoa.
Sebelum tahun 1939, negara Thailand
dikenal sebagai Siam, sampai saat ini nama Siam masih digunakan di kalangan
orang Thai, terutama kaum minoritas Tionghoa. Kebudayaan Masa Perunggu diduga
dimulai sejak 5600 tahun yang lalu di Thailand (Siam). Kemudian, datang
berbagai imigran antara lain suku bangsa Mon, Khmer dan Thai. Di Thailand
terdapat beberapa kerajaan, tetapi hanya 2 kerajaan yang besar yakni Kerajaan
Sukkhotai dan Kerajaan Ayutthaya.
Pada sekitar awal abad 16 bangsa-bangsa
Eropa banyak yang datang ke kawasan Asia tenggara, ini disebabkan adanya
beberapa hal yang memaksa mereka untuk keluar dari wilayahnya demi memenuhi
kebutuhan negara. Di bawah ini adalah alasan yang memyebabkan Bangsa Eropa
datang ke Asia Tenggara: Portugis, Inggris dan Perancis.
Datangnya pengaruh Inggris
dan Perancis di Asia Tenggara
daratan mengenai masalah Siam. Masa awal datangnya pengaruh barat di Siam
terjadi pada kekuasaan Nang Klao yang bergelar Rama III dengan intervensi
Inggris yang mengirim utusannya ke Bangkok ketika Perang Inggris-Myanmar sedang
berkobar.
3.2 Saran
Kami menerima kritik dan saran yang
bersifat konstruktif dari para pembaca agar kami dapat membuat makalah yang
lebih baik dari ini untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hall, D.G.E. 1998. Sejarah Asia Tenggara.
Surabaya: Usaha Nasional.
Musa, Kustianah. 1998. Geografi Asia
Tenggara. Jakarta: Departemen
PendidikandanKebudayaan.
Rujukan dari Website sayuti Makalah _ Thailand Di Bawah Raja Mongkut.htm
yprandyduplicat Inilah Alasannya Mengapa Thailand Tidak
sejarah
sejarah thailand.htm
Sejarah Kerajaan Thai - Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas.htm.
Soebantardjo, Sari Sedjarah. 1957. Asia-Australia,djilid 1. Jogjakarta:
Bopkri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar