Selasa, 10 November 2015

مع النجة

Sabtu, 20 Februari 2010 Label: Kiat agar pintar
la dilahirkan di Gaza, Palestina, pada tahun 150 H. la diberi nama Muhammad bin Idris bin 'Abbas bin 'Utsman bin Syafi'i Al-Quraisy bin Abdul Muthalib bin Abdul Manaf. Sejak ia masih di dalam kandungan, ayahnya yang bernama Idris telah meninggal dunia.

Imam Syafi'i berkisah, "Setelah aku hafal Al-Qur'an, aku masuk ke Masjidil Haram untuk berguru kepada para ulama. Dari merekalah aku menimba ilmu, menghafal hadis, dan berbagai masalah ilmiah lainnya.

Rumahku berada di lereng bukit Khaif. Aku sering melihat potongan tulang yang putih berkilauan, kemudian tulang itu kupungut dan kujadikan sarana menulis hadis atau masalah ilmiah lainnya.

Dahulu kami memiliki sebuah guci tua untuk menyimpan potongan-potongan tulang itu. Tiap kali tulang yang kubawa telah penuh berisi tulisan, aku menyimpannya dalam guci itu."

Untuk mempelajari bahasa Arab dan seluk-beluknya, ia mengembara di pedusunan Arab Badui selama dua puluh tahun. la ikut kabilah Hudzail karena bahasa mereka paling fasih. Dirinya sering ikut ke mana pun mereka pergi karena saat itu masih banyak kabilah-kabilah Arab yang hidup nomaden (berpindah-pindah).

Di antara nasihat-nasihat Imam Syafi'i adalah sebagai berikut.
  1. Dari Rabi' meriwayatkan bahwa Imam Syafi'i berkata, "Menuntut ilmu itu lebih afdhal daripada shalat nafilah (sunnah)." (Shifatus Shafwah, 11 234)
  2. Dari Ahmad bin Abdurrahman bin Wahab mengatakan bahwa ia mendengar Asy-Syafi'i berkata, "Seorang penuntut ilmu membutuhkan tiga hal: pertama, bekal (uang) yang cukup; kedua, usia yang panjang; ketiga, sedikit kecerdasan." (Shifatus Shafwah, 1/234)
  3. "Hai Rabi', keridaan manusia ialah tujuan yang tak akan tercapai maka perhatikan saja apa yang baik untukmu dan tekunilah itu karena kau tak akan mendapat jalan untuk meraih keridaan semua orang. Ketahuilah, barangsiapa belajar Al-Qur'an, akan mulia di mata orang. Barangsiapa belajar hadis, akan kuat hujjah-nya. Barangsiapa belajar nahwu (tata bahasa), akan disegani. Barangsiapa belajar bahasa Arab, akan lembut perangainya. Barangsiapa belajar berhitung, akan baik pendapatnya. Barangsiapa belajar fiqih, akan mulia kedudukannya. Barangsiapa tidak menjaga diri, tidak akan bermanfaat ilmunya, dan kunci dari semua itu adalah takwa." (Shifatus Shafwah, 1/235)

Minggu, 01 November 2015

Tugas Media Pembelajaran



KERAJAAN-KERAJAAN KUNA DI MUANGTHAI SEBELUM

KEDATANGAN BANGSA BARAT

MAKALAH

diajukanguna untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Tenggara I



KELAS : B Reguler    KELOMPOK : 2

NO      NIM                            NAMA

1.         140210302021            NavidatulNadiroh

2.         140210302024            DiyanahDalilah

3.         140210302026            SitiAisyah

4.         140210302031            PutroNandra P

5.         140210302032            RizkyAndriani



PRODI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN 2015


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa yang telah melimpahkan rahmat taufik dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas “Kerajaan-kerajaan Kuno di Muangthai sebelum Kedatangan Bangsa Barat” yang digunakan sebagai penambah wawasan agar semakin bertambah luas.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berperan serta membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. 
Kami  telah berusaha menyusun makalah ini dengan baik. Oleh karena itu, kritik serta saran sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita. 






Jember, 30 September 2015
                       
Penulis



DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan dan Manfaat
1.3.1        Tujuan
1.3.2        Manfaat
BAB 2 PEMBAHASAN
            2.1 Berdirinya Negara Muangthai
            2.2 Perkembangan Suku-Suku Bangsa di Negara Muangthai
                        2.2.1 Suku Akha
                        2.2.2 Suku Ishan
                        2.2.3 Suku Melayu
            2.3 Kerajaan-Kerajaan di Muangthai
                        2.3.1 kerajaan Sukhothai
                        2.3.2 Kerajaan Ayutthaya
2.4 Perkembangan Negara Muangthai Menjelang Kedatangan Bangsa              Barat
            2.4.1 Faktor-Faktor Siam Tidak Dijajah Bangsa Barat





 



DAFTAR ISI































BAB 1. PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang.


Thailand merupakan negara yang terletak di benua Asia, tepatnya berada di wilayah Asia Tenggara (South East Asia), letak geografis Thailand berada pada 5°-21° LU dan 97°-106° BT.  Negara Thailand merupakan salah satu pusat budaya dan ekonomi terkemuka di Asia Tenggara. Memiliki luas 510.000 kilometer atau seukuran dengan negara Perancis. Di sebelah barat dan utara, Thailand berbatasan dengan Myanmar, di timur laut dengan Laos, di timur dengan Kamboja, sedangkan di selatan dengan Malaysia (Peta).

Penduduk Thailand memiliki garis keturunan yang sama dengan negara kita yaitu berasal dari ras mongoloid dengan mayoritas etnis Thai dan Lao. Keadaan iklim dan latar belakang budaya di Thailand pun hampir sama dengan negara kita, yaitu beriklim tropis dan juga mempunyai sejarah budaya yang kental. Thailand merupakan negara yang sedang berkembang dengan pesat, contohnya seperti dalam bidang perekonomian, perindustrian, pertanian dan lain sebagainya.

Thailand merupakan sebuah negara kerajaan didaratan asia tenggara. Nama lain untuk negeri yang sering dijuluki sebagai lumbung padi Asia Tenggara adalah Siam dan Muangthai. Negeri ini telah lama memiliki hubungan kebudayaan dengan berbagai kerajaan di Indonesia, terutama Pulau Jawa. Thailand juga dikenal sebagai Sukothai. Pada awalnya dikenal sebagai wilayah Buddhis agama dan wilayah itu dibagi menjadi beberapa kerajaan seperti Lanna, Lan Chang, dan Sukhothai. Tidak ada keraguan bahwa Thailand modern yang muncul dari asal geografis-politik yang kompleks dengan Bangkok sebagai modal dan Raja Rama, besar, pertama diciptakan Chakri dinasti. Selama periode ini sejarah Thailand mendapat nama Modernitas awal atau Pencerahan oleh beberapa sejarawan.

Yang menarik pada Thailand adalah sejarahnya. Negeri itu merupakan satu – satunya wilayah Asia Tenggara yang tidak pernah berada di bawah jajahan Asing (Barat). Burma misalnya, pernah dijajah Inggris, begitu pula semenanjung Tanah Melayu. Sementara 3 negara Indo-china yaitu Vietnam, Laos dan Kamboja pernah pula dijajah Perancis. Karena kenyataan sejarahnyayang istimewa itu, Bangsa Thai kemudian menamakan tanah air mereka dengan Muangthai atau Thailand yang berarti “Negara Merdeka”.

1.2 Rumusan Masalah.


Dari latar belakang diatas kami dapat mengemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Latar belakang berdirinya Negara Muangthai?
  2. Bagaimanakah perkembangan suku-suku bangsa di Negara Muangthai ?
  3. Kerajaan-kerajaan apa sajakah yang pernah berkuasa di Muangthai?
  4. Bagaimanakah perkembangan Negara Muangthai menjelang kedatangan Bangsa Barat ?

1.3 Tujuan dan Manfaat.


1.3.1 Tujuan.


1.      Dapat mengetahui bagaimanakah latar belakang berdirinya negara Muangthai.


2.      Dapat mengetahui perkembangan suku-suku bangsa di Negara Muangthai.


3.      Dapat mengetahui kerajaan-kerajaan yang pernah berkuasa di Muangthai.


4.      Dapat mengetahui bagaimakah perkembangan Negara Muangthai menjelang kedatangan Bangsa Barat.


1.3.2 Manfaat.


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Memberi pengetahuan baru bagi kami pribadi sebagai penulis makalah ini tentang sejarah berdirinya Negara Thiland, persebaran suku – suku di Thailand, kerajaan – kerajaan yang pernah berkuasa di Thailand dan perkembangan Negara Muangthai menjelang kedatangan Bangsa Barat.


2.      Memberi pengetahuan baru bagi para pembaca tentang sejarah berdirinya Negara Thiland, persebaran suku – suku di Thailand, kerajaan – kerajaan yang pernah berkuasa di Thailand dan perkembangan Negara Muangthai menjelang kedatangan Bangsa Barat.

 




BAB 2. PEMBAHASAN


2.1 Berdirinya Negara Muangthai.


            Beberapa sebutan Negara Thailand, Negara Thailand dikenal sebagai Siam, sampai saat ini nama Siam masih digunakan di kalangan orang Thai, terutama kaum minoritas Tionghoa. Thailand juga sering disebut Negeri Gajah Putih, karena gajah putih merupakan binatang yang dianggap keramat oleh penduduk. Ada juga nama lain dari Thailand adalah Muang Thai, yang berarti Negara bebas atau Negara yang tidak pernah dijajah oleh bangsa lain.

Di awal tahun 1200, bangsa Thai mendirikan kerajaan kecil di Lanna, Phayao dan Sukhotai. Pada tahun 1238 , berdirilah kerajaan Thai yang merdeka penuh di Sukhothai, negara pertama yang dianggap sebagai cikal bakal Thailand adalah Sukhothai, sebuah negara Buddha yang berdiri pada 1238 M. Kerajaan Sukhothai adalah salah satu kerajaan tertua di Thailand yang berpusat di sekitar kota Sukhothai, berdiri sejak tahun 1238 sampai 1438. Pada puncak kejayaannya di bawah raja ketiga Ramkhamhaeng, Sukhothai diperkirakan terbentang dari wilayah yang sekarang termasuk Myanmar, sampai ke dalam wilayah Laos modern, serta ke arah selatan di Semenanjung Malaya.

Setelah kematian Ramkhamhaeng, satu abad kemudian, kekuasaan Sukhothai meredup dan muncul Kerajaan Ayutthaya sebagai negara terkuat di kawasan itu. Sukhothai melemah dan berbagai kerajaan bawahannya mulai melepaskan diri. Pada tahun 1438, status Sukhothai berubah hanya menjadi sekedar provinsi dari Ayutthaya. Kerajaan Ayutthaya didirikan pada tahun 1350 Raja Ramathibodi I (Uthong), yang mendirikan Ayyuthaya sebagai ibu kota kerajaannya dan mengalahkan dinasti Kerajaan Sukhothai pada tahun 1376. Dalam perkembangannya, Ayyuthaya sangat aktif melakukan perdagangan dengan berbagai negara asing seperti Tiongkok, India, Jepang, Persia dan beberapa negara Eropa.

Setelah melalui pertumpahan darah perebutan kekuasaan antar dinasti, Ayutthaya memasuki abad keemasannya pada perempat kedua abad ke-18. Pada masa yang relatif damai tersebut, kesenian, kesusastraan dan pembelajaran berkembang. Perang yang terjadi kemudian ialah melawan bangsa luar. Ayyuthaya mulai berperang melawan dinasti Nguyen (penguasa Vietnam Selatan) pada tahun 1715 untuk memperebutkan kekuasaan atas Kamboja.

Meskipun demikian ancaman terbesar datang dari Burma dengan pemimpin Raja Alaungpaya yang baru berkuasa setelah menaklukkan wilayah-wilayah Suku Shan. Pada tahun 1765 wilayah Thai diserang oleh dua buah pasukan besar Burma, yang kemudian bersatu di Ayutthaya. Ayutthaya akhirnya menyerah dan dibumihanguskan pada tahun 1767 setelah pengepungan yang berlarut-larut. namun tak lama kemudian Raja Taksin berhasil mengusir Burma dan mendirikan ibukotanya di Thon Buri. Di tahun 1782 Raja pertama dari Dinasti Chakri yang berkuasa sampai hari ini mendirikan ibukota baru di Bangkok.

Para penerus Rama I harus menghadapi ancaman kolonialisme Eropa setelah kemenangan Britania di Burma tahun 1826. Pada tahun yang sama Siam menandatangani perjanjian dengan Britania Raya, dan tahun 1833 Siam menjalin hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat. Perjanjian Anglo-Siam 1909 menentukan batas-batas Siam dengan Malaya, sedangkan serangkaian perjanjian dengan Perancis mematok batas timur dengan Laos dan Kamboja. Kudeta tahun 1932 mengakhiri monarki absolut di Thailand, dan mengawali munculnya kerajaan Thailand modern.

Kudeta tahun 1932 mengubah Siam menjadi Thailand modern yang berupa monarki konstitusional. Perubahan nama dari Siam menjadi Thailand sendiri baru diumumkan Perdana Menteri Plaek Pibulsonggram (Phibun) pada tahun 1939.  

2.2 Perkembangan Suku-Suku Bangsa di Negara Muangthai


Kebudayaan Masa Perunggu diduga dimulai sejak 5600 tahun yang lalu di Thailand (Siam). Kemudian, datang berbagai imigran antara lain suku bangsa Mon, Khmer dan Thai. Salah satu kerajaan besar yang berpusat di Palembang, Sriwijaya, pernah berkuasa sampai ke negeri ini, dan banyak peninggalannya yang masih ada di Thailand. Bahkan, seni kerajinan di Palembang dengan Thailand banyak yang mirip.

2.2.1 Suku Akha


Suku Akha adalah masyarakat adat suku bukit yang hidup di desa-desa kecil di dataran tinggi di pegunungan Thailand. Mereka terdapat juga di Burma, Laos, dan provinsi Yunnan di Cina. Diperkirakan mereka berasal dari Cina bermigrasi ke Asia Tenggara pada tahun 1900-an. Perang sipil di Burma dan Laos mengakibatkan peningkatan imigran Akha di provinsi utara Thailand Chiang Rai dan Chiang Mai, di mana mereka merupakan salah satu yang terbesar dari suku bukit.

Bahasa Akha adalah sebuah cabang bahasa Lolo / Yi, dari keluarga rumpun bahasa Tibeto-Burman. Bahasa Akha berkaitan erat dengan bahasa Lisu dan Lahu. Diduga bahwa suku Akha dulu berkaitan erat dengan suku pemburu Lolo, suku yang pernah menguasai dataran Paoshan dan Teinchung sebelum invasi Dinasti Ming (AD 1644) di Yunnan, Cina.




Para peneliti setuju bahwa Akha berasal dari daratan China, dan menolak tentang apakah tanah air asli adalah perbatasan Tibet, sebagai yang diklaim oleh orang Akha, atau lebih jauh ke selatan dan timur di Propinsi Yunnan, kediaman utara kini Akha. Keberadaan hubungan historis di dokumentasikan dengan pangeran Shan Kengtung, yang menunjukkan bahwa Akha berada di Burma Timur pada awal tahun 1860-an. Memasuki Thailand dari Burma pada pergantian abad ini, mereka menghindar dari perang sipil selama beberapa dekade di Burma.

Orang Akha tinggal di desa-desa di Pegunungan Thailand Utara, barat daya Cina, Burma timur, Laos barat dan barat laut Vietnam. Di semua negara ini mereka adalah etnis minoritas. Populasi saat ini Akha kira-kira 400.000 jiwa. Penurunan ukuran desa di Thailand sejak tahun 1930 telah dicatat dan dihubungkan dengan situasi ekologi dan ekonomi yang memburuk di pegunungan.

Agama asli orang Akha (zahv), sering digambarkan sebagai campuran ibadah animisme dan leluhur, yang menekankan hubungan mereka dengan tanah dan tempat mereka di dunia alam dan siklus. Suku Akha menekankan ritual dalam kehidupan sehari-hari dan menekankan ikatan keluarga yang kuat.

2.2.2 Suku Ishan


Ishan adalah suku-suku yang terbesar di Provinsi Mukdahan (มุกดาหาร), Ishan sudah ada sejak beberapa puluh ribu tahun yang lalu dari Zaman Krung-Brom-Ptom-Wong (กรุงบรมปฐมวงศ์) sejak Kerajaan Nanchao (น่านเจ้า), Kerajaan Xang. Raya (ล้านช้าง) sampai periode Ayutthaya. Pada akhirnya Suku Ishan bermigrasi menyusuri Sungai Mekong (แม่โขง) dari tahun 1694 priode Narai Agong (สมัยสมเด็จพระนารายณ์มหาราช). Ketika itu Provost Phon Samed Xang membawa murid-muridnya dari Kerajaan Xang Raya menyusuri Sungai Mekong untuk menyebar di Sungai Moon (แม่น้ำมูล) dan Sungai Lam-Nam-Shi (แม่น้ำชี)dan Sungai lainnya, untuk mengatur kofunya sendiri sejak 1776 pada priode Thonburi (กรุงธนบุรี).

·         Kebudayaan dan Pakaian

Thai Laos atau suku Ishan menggunakan Kartoon sebagai pakaian popular pada awalnya. Dan daerah ini sangat baik untuk budaya kapas karena tekstur tanahnya cocok. Kabupaten Nakhon terkenal dengan kain tenun berwarna alaminya terutama pewarna alami dari kulit kayu dan dedauan.

Suku Thai Laos/Ishan mempunyai pola yang berbeda dari suku-suku lainnya. Baju mereka dihiasi dengan tenunan, satin lipit, mareka juga memakai kalung mutiara.Baju mareka dimasukan dalam rok dan ikat pinggangnya dari perak. Pakain mareka terbuat dari kain kwamga yang indah dan berwarna merah, kuning, hijau dan bergelombang.

2.2.3 Suku Melayu.


Thailand mempunyai jumlah suku Melayu ketiga terbesar setelah Malaysia dan Indonesia, dengan populasi lebih dari 3,3 juta jiwa (Perkiraan 2010). Kebanyakan dari mereka berdomisili di kawasan Selatan Thailand serta di kawasan sekitar Bangkok (terkait dengan perpindahan Suku Melayu dari selatan Thailand serta utara semenanjung Malaya ke Bangkok sejak abad ke-13).

Kehadiran Suku Melayu di kawasan selatan Thailand telah ada sebelum perpindahan Suku Thai ke Semenanjung Malaya melalui penaklukan Kerajaan Sukhothai, yang diikuti oleh Kerajaan Ayutthaya, pada awal abad ke-16. Hal ini dapat dilihat pada nama-nama daerah di kawasan selatan Thailand yang berasal dari Bahasa Melayu atau nama lain dalam logat Melayu, misalnya "Phuket/ภูเก็ต" dalam bahasa Melayu "Bukit/بوكيت", "Trang" ("Terang/تراڠ"), Narathiwat/นราธิวาส ("Menara"), "Pattani/ปัตตานี" ("Patani/ ڤتني"), "Krabi/กระบี่" ("Gerabi"), "Songkla/สงขลา" ("Singgora/سيڠڬورا"), "Surat Thani/สุราษฎร์ธานี" ("Lingga"), "Satun/สตูล" ("Mukim Setul/مقيم ستول"), ""Nakhon Si Thammarat/นครศรีธรรมราช" ("Ligor"), "Chaiya/ไชยา" (Cahaya), , "Yala/ยะลา" ("Jala/جال") dan sebagainya.

Kawasan selatan Thailand juga pernah melihat kebangkitan dan kejatuhan kerajaan Melayu antaranya  Negara  Sri Dhamaraja (100an–1500an), Langkasuka (200an − 1400an), Kesultanan Pattani  (1516–1771), Kesultanan Reman (1785–1909) serta Kesultanan Singgora (1603–1689).

Kebanyakan suku Melayu Siam fasih berbicara bahasa Thai serta bahasa Melayu setempat saja. Contohnya, suku Melayu di kawasan pesisir tenggara Thailand yakni Pattani, Songkhla, serta Hat Yai, lebih cenderung menggunakan logat Melayu Pattani, sedangkan suku Melayu di pesisir barat seperti Satun, Phuket, dan Ranong, menuturkan logat Melayu Kedah. Suku Melayu di Bangkok juga mempunyai logat Melayu Bangkok sendiri.

·         Kebudayaan Melayu dan perubahan identitas Melayu di Thailand Selatan

Mayoritas maryarakat Melayu di selatan Thailand mempunyai dua kawasan, pertama kawasan bekas Nageri Melayu Pattani lama yang sekarang menjadi provinsi, Pattani, Yala, Narathiwat dan beberapa daerah di provinsi  senggora. Kedua kawasan bekas jajah Nageri Kedah uang sekarang menjadi provinsi Satul, Sadao, Songkla. Masyarakat melayu memang menjadi mayoritas di kedua kawasan tersebut, namun mareka tetap merupa penduduk minoritas di Thailand.

Masyakat Melayu di selatan Thailand menuturkan dua jenis dialek bahasa Melayu, yaitu dialek Kedah – Perlis dan Pattani. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Melayu Pattani menganut budaya Melayu, yang paling banyak diminat adalah sastra Melayu, yaitu puisi, syair dan sebagainya serta memiliki peran penting dalam mempersatukan puak-puak Melayu serupun baik sesama Melayu, Indonesia, Malasia, Brunai Darusalam dan Singapura.

Sejak Nageri Melayu Pattani dibawah pengaruh pemerintah Thailand maka terjadi Siamisasi atau Asimilasi budaya terhadap masyakat Melayu. Siamisasi bertujuan untuk memupus perbedaan buadaya antara kedua pihak, Siamisasi berbagai bidang antara lain politik, sosial budaya, media massa dan pendidik.

2.3 Kerajaan-Kerajaan di Muangthai


2.3.1 Kerajaan Sukhothai


(Bahasa Thailand: อาณาจักรสุโขทัย) adalah salah satu kerajaan tertua di Thailand yang berpusat di sekitar kota Sukhothai, berdiri sejak tahun 1238 sampai 1438. Bekas ibukota Kerajaan Sukhothai lama berada sekitar 12 km dari kota Sukhothai modern, yaitu di Tambon Muang Kao. Saat ini yang tertinggal di kota lama hanyalah puing-puing kota dan Taman Bersejarah Sukhothai.


Kota Sukhothai sebelumnya merupakan bagian dari Kerajaan Khmer sampai dengan tahun 1238, yaitu pada saat dua pemimpin bangsa Thai, Pho Khun Pha Muang dan Pho Khun Bang Klang Hao, menyatakan kedaulatannya dan mendirikan kerajaan untuk bangsa Thai. Pho Khun Bang Klang Hao kemudian menjadi raja pertama Sukhothai, dan menamakan dirinya Pho Khun Si Indrathit (atau Intradit). Kejadian ini secara tradisi dianggap merupakan awal berdirinya negara Thai modern, meskipun terdapat beberapa kerajaan Thai yang tidak begitu terkenal, seperti Lanna, Phayao dan Chiang Saen, yang juga didirikan sekitar waktu yang sama.

Sukhothai berkembang dengan cara membentuk aliansi dengan kerajaan-kerajaan Thai lainnya, dimana kerajaan-kerajaan tersebut memeluk agama Buddha Theravada sebagai agama negara dengan bantuan dari para biksu dari Sri Lanka. Pemerintahan Intradit dilanjutkan oleh anaknya Pho Khun Ban Muang, yang pada tahun 1278 diikuti oleh saudaranya Pho Khun Ramkhamhaeng. Di bawah pemerintahannya, yang juga disebut dengan nama Raja Ramkhamhaeng Agung, Sukhothai menikmati masa keemasan sebagai puncak kemakmurannya. Ramkhamhaeng dianggap sebagai pencipta alfabet Thai (secara tradisional diperkirakan tahun 1283, dengan bukti kontroversial berupa batu Ramkhamhaeng, yaitu suatu batu berinskirpsi yang dianggap merupakan bukti tulisan Thai tertua).

Pada puncaknya kejayaan, Sukhothai diperkirakan terbentang meliputi Martaban (sekarang di Myanmar) sampai Luang Prabang (sekarang Laos), serta ke arah selatan di Semenanjung Malaysia sampai sejauh Nakhon Si Thammarat (Tambralinga). Dengan demikian pengaruhnya lebih luas daripada Thailand modern, meskipun tingkat kekuasaan yang diterapkan terhadap wilayah-wilayah tersebut berbeda-beda.

Setelah kematian Ramkhamhaeng, Sukhothai melemah dan berbagai kerajaan bawahannya mulai melepaskan diri. Sementara itu Kerajaan Ayutthaya yang merupakan saingannya semakin meningkat kekuasaannya. Pada akhirnya Raja Thammaracha II dari Sukhothai tahun 1378 terpaksa menyerahkan kekuasaannya, dan Sukhothai menjadi negara bawahan Ayutthaya. Sekitar tahun 1430, Raja Thammaracha IV memindahkan ibukota Sukhothai ke Phitsanulok, dan setelah kematiannya tahun 1438, status Sukhothai berubah hanya menjadi sekedar provinsi dari Ayutthaya.



2.3.2 Kerajaan Ayutthaya.


Abad ke-14 menjadi saksi pergeseran kekuatan yang signifikan di negeri Thai dengan munculnya kerajaan-kerajaan baru yaitu Ayutthaya (Ayudha) di lembah Sungai Chao Phraya sebelah selatan Sukhothai dan Lan Sang yang sekarang dikenal sebagai Laos. Keduanya adalah proses konsolidasi yang menyatukan Muang yang telah lama ada. Lan Sang berkembang lebih dari 3 abad hingga terpecah belah sekitar 1700, sementara Ayutthaya akan berkembang menjadi kerajaan yang besar, kuat dan makmur yang dikenal sebagai Siam.

(Bahasa Thai: อาณาจักรอยุธยา) merupakan kerajaan Bangsa Thai yang berdiri pada kurun waktu 1351 sampai 1767 M. Nama kerajaan yang dipimpin oleh Sri Rama, tokoh dalam Ramayana. Pada tahun 1350 Raja Ramathibodi I (Uthong) mendirikan Ayyuthaya sebagai ibu kota kerajaannya dan mengalahkan dinasti Kerajaan Sukhothai, yaitu 640 km ke arah utara, pada tahun 1376.

Kerajaan Ayutthaya berkuasa selama lebih dari empat abad. Sejarahnya dapat dibagi menjadi beberapa fase atau subperiode. Periode dalam rentang waktu pendiriannya hingga abad ke-15 adalah konsolidasi dan ekspansi. Titik kulminasinya terletak pada pemerintahan Raja Trailok (bertahta 1448-1488), yang dianggap sukses menjalankan struktur pemerintahan dan masyarakat jangka panjang melalui kodifikasi sistem sakdina, sebuah hierarki peringkat baku terperinci yang secara teoritis mencakup setiap individu dalam kerajaan.

Periode ke dua yang berlangsung hingga pertengahan abad ke-16 ditandai dengan majunya perdagangan termasuk perdagangan yang mengusung kepentingan komersial barat setelah 1500 serta peperangan yang sering terjadi dengan negeri-negeri tetangga Ayutthaya. Fase ke tiga dimulai dari pendirian kembali kerajaan dibawah dinasti baru melewati masa perdagangan asing besar-besaran yang berpuncak pada pemerintahan Raja Narai (bertahta 1656-1688). Ketika Narai wafat, keluarganya dikudeta dan akhirnya muncul keluarga Kerajaan Ayutthaya yang mempertahankan tahta hingga serangan kedua Burma pada 1767. Serangan yang mengakhiri sejarah Thai pada fase ini.

Dalam perkembangannya, Ayyuthaya sangat aktif melakukan perdagangan dengan berbagai negara asing seperti Tiongkok, India, Jepang, Persia dan beberapa negara Eropa. Penguasa Ayyuthaya bahkan mengizinkan pedagang Portugis, Spanyol, Belanda, dan Perancis untuk mendirikan pemukiman di luar tembok kota Ayyuthaya. Raja Narai (1656-1688) bahkan memiliki hubungan yang sangat baik dengan RajaLouis XIV dari Perancis dan tercatat pernah mengirimkan dutanya ke Perancis.

Setelah melalui pertumpahan darah perebutan kekuasaan antar dinasti, Ayutthaya memasuki abad keemasannya pada perempat kedua abad ke-18. Di masa yang relatif damai tersebut, kesenian, kesusastraan dan pembelajaran berkembang. Perang yang terjadi kemudian ialah melawan bangsa luar. Ayyuthaya mulai berperang melawan dinasti Nguyen (penguasa Vietnam Selatan) pada tahun 1715 untuk memperebutkan kekuasaan atas Kamboja.

Meskipun demikian ancaman terbesar datang dari Birma dengan pemimpin Raja Alaungpaya yang baru berkuasa setelah menaklukkan wilayah-wilayah Suku Shan. Pada tahun 1765 wilayah Thai diserang oleh dua buah pasukan besar Birma, yang kemudian bersatu di Ayutthaya. Menghadapi kedua pasukan besar tersebut, satu-satunya perlawanan yang cukup berarti dilakukan oleh sebuah desa bernama Bang Rajan. Ayutthaya akhirnya menyerah dan dibumihanguskan pada tahun 1767 setelah pengepungan yang berlarut-larut. Berbagai kekayaan seni, perpustakaan-perpustakaan berisi kesusastraan, dan tempat-tempat penyimpanan dokumen sejarah Ayutthaya nyaris musnah; dan kota tersebut ditinggalkan dalam keadaan hancur.

Dalam keadaan negara yang tidak menentu, provinsi-provinsi melepaskan diri dan menjadi negara-negara independen di bawah pimpinan penguasa militer, biksu pemberontak, atau sisa-sisa keluarga kerajaan. Bangsa Thai dapat terselamatkan dari penaklukan Birma karena terjadinya serangan Tiongkok terhadap Birma serta adanya perlawanan dari seorang pemimpin militer bangsa Thai bernama Phraya Taksin, yang akhirnya mengembalikan kesatuan negara.

Daftar Raja-Raja Ayutthaya.

·         Rama Thibodi I (berkuasa 1351-1369),

·         Naresuan (berkuasa 1590-1605),

·         Narai (berkuasa 1656-1688), dan

·         Boromaracha V (berkuasa 1758-1767).



2.4 Kerajaan Siam


            Setelah serbuan Burma yang membumihanguskan ibukota Ayutthaya, Jenderal Taksin mendirikan kerajaan baru pada tahun 1769 yang beribukota di Thonburi (sekarang termasuk dalam Bangkok) dan menyatukan kembali bekas kerajaan Ayutthaya. Taksin kemudian dianggap gila dan dieksekusi tahun 1782], dan digantikan oleh Jenderal Chakri, yang menjadi raja pertama dinasti Chakri dengan nama Rama II. Tahun yang sama dia mendirikan ibukota baru di Bangkok, di seberang sungai Chao Phraya dari ibukota lama yang didirikan Jenderal Taksin. Pada tahun 1790-an Burma berhasil diusir dari Siam.

Para penerus Rama I harus menghadapi ancaman kolonialisme Eropa setelah kemenangan Britania di Burma tahun 1826. Pada tahun yang sama Siam menandatangani perjanjian dengan Britania Raya, dan tahun 1833 Siam menjalin hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat. Perjanjian Anglo-Siam 1909 menentukan batas-batas Siam dengan Malaya, sedangkan serangkaian perjanjian dengan Perancis mematok batas timur dengan Laos dan Kamboja.[6]

Kudeta tahun 1932 mengakhiri monarki absolut di Thailand, dan mengawali munculnya kerajaan Thailand modern.







BAB 3. KESIMPULAN


3.1 Kesimpulan.        


Thailand merupakan negara yang terletak di benua Asia, tepatnya berada di wilayah Asia Tenggara (South East Asia), letak geografis Thailand berada pada 5°-21° LU dan 97°-106° BT.  Negara Thailand merupakan salah satu pusat budaya dan ekonomi terkemuka di Asia Tenggara. Sebelum tahun 1939, negara Thailand dikenal sebagai Siam, sampai saat ini nama Siam masih digunakan di kalangan orang Thai, terutama kaum minoritas Tionghoa.

Sebelum tahun 1939, negara Thailand dikenal sebagai Siam, sampai saat ini nama Siam masih digunakan di kalangan orang Thai, terutama kaum minoritas Tionghoa. Kebudayaan Masa Perunggu diduga dimulai sejak 5600 tahun yang lalu di Thailand (Siam). Kemudian, datang berbagai imigran antara lain suku bangsa Mon, Khmer dan Thai. Di Thailand terdapat beberapa kerajaan, tetapi hanya 2 kerajaan yang besar yakni Kerajaan Sukkhotai dan Kerajaan Ayutthaya.

Pada sekitar awal abad 16 bangsa-bangsa Eropa banyak yang datang ke kawasan Asia tenggara, ini disebabkan adanya beberapa hal yang memaksa mereka untuk keluar dari wilayahnya demi memenuhi kebutuhan negara. Di bawah ini adalah alasan yang memyebabkan Bangsa Eropa datang ke Asia Tenggara: Portugis, Inggris dan Perancis.

Datangnya  pengaruh  Inggris  dan  Perancis di Asia Tenggara daratan mengenai masalah Siam. Masa awal datangnya pengaruh barat di Siam terjadi pada kekuasaan Nang Klao yang bergelar Rama III dengan intervensi Inggris yang mengirim utusannya ke Bangkok ketika Perang Inggris-Myanmar sedang berkobar.

3.2 Saran


Kami menerima kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari para pembaca agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik dari ini untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA


 Hall, D.G.E. 1998. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Usaha Nasional.

Musa, Kustianah. 1998. Geografi Asia Tenggara. Jakarta: Departemen

PendidikandanKebudayaan.

Rujukan dari Website sayuti  Makalah _ Thailand Di Bawah Raja Mongkut.htm

yprandyduplicat  Inilah Alasannya Mengapa Thailand Tidak

sejarah  sejarah thailand.htm

Sejarah Kerajaan Thai - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm.

Soebantardjo, Sari Sedjarah. 1957. Asia-Australia,djilid 1. Jogjakarta: Bopkri.